Daftar Tarian di Indonesia ini saya tulis agar kita sebagai warga
negara tahu akan buadaya kita sendiri, agar budaya kita tidak di kaim
oeh negara lain. mari kita kenali budaya indonesia kepada dunia.
indonesia memiliki berbagai suku dan budaya yang berbeda-beda maka makin
banyak daftar tarian di indonesia. berikut Daftar tarian di Indonesia :
1. Tari Andun
Tari Andun adalah salah
satu tarian rakyat yang berasal dari Bengkulu dan dilakukan pada saat
pesta perkawinan. Biasanya dilakukan oleh para bujang dan gadis secara
berpasangan pada malam hari dengan diringi musik kolintang. Pada zaman
dahulu, tari ini biasanya digunakan sebagai sarana mencari jodoh setelah
selesai panen padi. Sebagai bentuk pelestariannya saat ini dilakukan
sebagai salah satu sarana hiburan bagi masyarakat, khususnya bujang
gadis.
Eboza.com
2. Tari Angguk
Tari Angguk adalah tarian tradisional yang menceritakan kisah Umarmoyo-Umarmadi dan Wong Agung Jayengrono dalam Serat Ambiyo.
Tarian ini dimainkan secara berkelompok oleh 15 penari wanita yang
berkostum menyerupai serdadu Belanda dan dihiasi gombyok barang emas,
sampang, sampur, topi pet warna hitam, dan kaos kaki warna merah atau
kuning dan mengenakan kacamata hitam. Tarian ini dimainkan selama 3
hingga 7 jam.
3.Tari Bambangan Cakil
Tari Bambangan Cakil merupakan salah satu tari
klasik yang ada di Jawa khususnyaJawa Tengah. Tari ini sebenarnya
diadopsi dari salah satu adegan yang ada dalam pementasan Wayang
Kulit yaitu adegan
Perang Kembang.Tari ini menceritakan
perang antara ksatria melawan raksasa.Ksatria adalah tokoh yang
bersifat halus dan lemah lembut, sedangkan Raksasa menggambarkan tokoh
yang kasar dan bringas.Didalam pementasan wayang Kulit, adegan perang
kembang ini biasanya keluar tengah-tengah atau di Pathet Sanga.Perang
antara Ksatria (Bambangan) melawan raksasa ini sangat atraktif, dalam
adegan ini juga bisa digunakan sebagai tempat penilaian seorang dalang
dalam menggerakkan wayang.
Makna yang terkandung dalam tarian ini adalah bahwa segala bentuk kejahatan, keangkara murkaan pasti kalah dengan kebaikan.
4.
Tari Campak
Tari Campak merupakan tarian dari
daerah Bangka-Belitung yang menggambarkan keceriaan bujang dan dayang
di Kepulauan Bangka Belitung. Tarian ini biasanya dibawakan setelah
panen padi atau sepulang dari ume (kebun).
Tari ini digunakan juga sebagai hiburan dalam berbagai kegiatan
seperti penyambutan tamu atau pada pesta pernikahan di Bangka Belitung.
Tarian ini berkembang pada masa pendudukan bangsa Portugis di Bangka
Belitung. Hal ini bisa dilihat dari beberapa ragam pada tari Campak
antara lain akordion dan pakaian pada penari perempuan yang sangat
kental dengan gaya Eropa.
DuaKata
5.
Tari Cokek
Tari Cokek merupakan tarian yang berasal
dari budaya Betawi tempo dulu. Dewasa ini orkes gambang kromong biasa
digunakan untuk mengiringi tari pertunjukan kreasi baru, pertunjukan
kreasi baru, seperti tari Sembah Nyai, Sirih Kuning dan sebagainya,
disamping sebagai pengiring tari pergaulan yang disebut tari cokek. Tari
cokek ditarikan berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Tarian
khas Tangerang ini diwarnai budaya etnik China. Penarinya mengenakan
kebaya yang disebut cokek. Tarian cokek mirip sintrendari Cirebon atau
sejenis ronggeng di Jawa Tengah. Tarian ini kerap identik dengan
keerotisan penarinya, yang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat.
Sebagai pembukaan pada tari cokek ialah wawayangan. Penari cokek
berjejer memanjang sambil melangkah maju mundur mengikuti irama gambang
kromong. Rentangan tangannya setinggi bahu meningkah gerakan kaki.
Setelah itu mereka mengajak tamu untuk menari bersama,dengan
mengalungkan selendang. pertama-tama kepada tamu yang dianggap paling
terhormat. Bila yang diserahi selendang itu bersedia ikut menari maka
mulailah mereka ngibing, menari berpasang-pasangan. Tiap pasang
berhadapan pada jarak yang dekat tetapi tidak saling bersentuhan. Ada
kalanya pula pasangan-pasangan itu saling membelakangi. Kalau tempatnya
cukup leluasa biasa pula ada gerakan memutar dalam lingkaran yang cukup
luas. Pakaian penari cokek biasanya terdiri atas baju kurung dan celana
panjang dari bahan semacam sutera berwarna.
Ada yang berwarna merah menyala, hijau, ungu, kuning dan sebagainya,
polos dan menyolok. Di ujung sebelah bawah celana biasa diberi hiasan
dengan kain berwarna yang serasi. Selembar selendang panjang terikat
pada pinggang dengan kedua ujungnya terurai ke bawah Rambutnya tersisir
rapih licin ke belakang. Ada pula yang dikepang kemudian disanggulkan
yang bentuknya tidak begitu besar, dihias dengan tusuk konde
bergoyang-goyang.
6. Tari Didong
Sebuah kesenian rakyat Gayo yang dikenal dengan nama Didong, yaitu
suatu kesenian yang memadukan unsur tari, vokal, dan sastra. Didong
dimulai sejak zaman Reje Linge XIII. Kesenian ini diperkenalkan pertama
kali oleh Abdul Kadir To`et. Kesenian didong lebih digemari oleh
masyarakat Takengon dan Bener Meriah.
Pada awalnya didong digunakan sebagai sarana bagi
penyebaran agama Islam melalui media syair. Para ceh didong (seniman
didong) tidak semata-mata menyampaikan tutur kepada penonton yang
dibalut dengan nilai-nilai estetika, melainkan di dalamnya bertujuan
agar masyarakat pendengarnya dapat memaknai hidup sesuai dengan realitas
akan kehidupan para Nabi dan tokoh yang sesuai dengan Islam. Dalam
didong ada nilai-nilai religius, nilai-nilai keindahan, nilai-nilai
kebersamaan dan lain sebagainya. Jadi, dalam ber-didong para ceh tidak
hanya dituntut untuk mampu mengenal cerita-cerita religius tetapi juga
bersyair, memiliki suara yang merdu serta berperilaku baik. Pendek kata,
seorang ceh adalah seorang seniman sejati yang memiliki kelebihan di
segala aspek yang berkaitan dengan fungsinya untuk menyebarkan ajaran
Islam. Didong waktu itu selalu dipentaskan pada hari-hari besar Agama
Islam.
7.
Jaipongan
Jaipongan adalah sebuah jenis tari pergaulan tradisional masyarakat Sunda, Jawa Barat, yang cukup populer di Indonesia.
8.
Kecak
Kecak (pelafalan: /’ke.tʃak/, secara kasar “KEH-chahk”, pengejaan alternatif:
Ketjak,
Ketjack),
adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada
tahun 1930-an dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini
dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang
duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan “cak” dan
mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat
barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak
berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan
berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau
roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada
masyarakat.
Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak
seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu,
ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti
Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, danSugriwa.
Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu,
tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan
pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana.
9.
Legong
Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bali yang
memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan
struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari gambuh. Kata
Legong berasal dari kata “leg” yang artinya gerak tari yang luwes atau
lentur dan “gong” yang artinya gamelan. “Legong” dengan demikian
mengandung arti gerak tari yang terikat (terutama aksentuasinya) oleh
gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang dipakai mengiringi tari legong
dinamakan Gamelan Semar Pagulingan.
Legong dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19 paruh kedua.
[1] Konon
idenya diawali dari seorang pangeran dari Sukawati yang dalam keadaan
sakit keras bermimpi melihat dua gadis menari dengan lemah gemulai
diiringi oleh gamelan yang indah. Ketika sang pangeran pulih dari
sakitnya, mimpinya itu dituangkan dalam repertoar tarian dengan gamelan
lengkap.
[2]
Sesuai dengan awal mulanya, penari legong yang baku adalah dua orang
gadis yang belum mendapat menstruasi, ditarikan di bawah sinar bulan
purnama di halaman keraton. Kedua penari ini, disebut legong, selalu
dilengkapi dengan kipas sebagai alat bantu. Pada beberapa tari legong
terdapat seorang penari tambahan, disebut
condong, yang tidak dilengkapi dengan kipas.
Struktur tarinya pada umumnya terdiri dari
papeson,
pangawak,
pengecet, dan
pakaad.
Dalam perkembangan zaman, legong sempat kehilangan popularitas di
awal abad ke-20 oleh maraknya bentuk tari kebyar dari bagian utara Bali.
Usaha-usaha revitalisasi baru dimulai sejak akhir tahun 1960-an, dengan
menggali kembali dokumen lama untuk rekonstruksi.